Nah, dua indikator ini kita gabung sekalian. Pasti yang pertama kali
timbul di benak kita dalah mengapa saya menggabungkan kedua indikator
ini dala satu bahasan yang sama? Jawabannya karena sebenarnya kedua
indikator ini adalah serupa. Sama-sama indikator yang berfungsi sebagai
perbandingan terhadap harga yang lalu dan sama-sama memiliki pattern
yang sama.
Lalu apa bedanya sehingga keduanya di namakan indikator yang
berbeda kalau keduanya sama? Ya, ini serupa tapi tidak sama.
Perbedaannya hanya pada cara penghitungannya. Kalau pada ROC perhitungan
dilakukan dengan membandingkan harga sekarang dengan harga pada periode
yang lalu, pada momentum perhitungan dilakukan dari selisih harga
sekarang dengan harga pada periode lalu.
Secara matematis ROC dan Momentum ditulis sebagai berikut:
X = Closing price sekarang
Y = Closing price waktu yang lalu sesuai periode yang ditentukan
Nah, hampir sama bukan? Yang satu di bagi yang satu dikurangi.
Hasilnya terlihat pada gambar dibawah ini. Sama persis pattern yang
terbentuk, hanya saja nilainya tentu saja berbeda.
Jadi, apakah kegunaan kedua indikator ini akan sama persis satu sama
lainnya? Benar sama. Mungkin nilainya saja yang berbeda sehingga
batasannya akan berbeda untuk overbought / oversold. Namun dalam
penafsirannya adalah sama dan kembali pada Anda mana yang lebih Anda
sukai. Jika Anda menyukai dalam bentuk persentase, gunakan ROC dan
sebaliknya bila yang diinginkan adalah bentuk nol koma sekian-sekian,
gunakan momentum.
Supaya Anda semakin jelas saya berikan contoh perhitungannya. Pada contoh ini, periode yang saya pakai adalah 10.
No |
Closing Price |
ROC |
Momentum |
1 | 1.7632 | - | - |
2 | 1.7598 | - | - |
3 | 1.7604 | - | - |
4 | 1.7635 | - | - |
5 | 1.7698 | - | - |
6 | 1.7701 | - | - |
7 | 1.7712 | - | - |
8 | 1.7765 | - | - |
9 | 1.7750 | - | - |
10 | 1.7732 | - | - |
11 | 1.7725 | = (1.7725/1.7632) x 100 = 100,52745 | = 1.7725 – 1.7632 = 0,0093 |
12 | 1.7724 | 100,71599 | 0,0126 |
13 | 1.7736 | 100,74983 | 0,0132 |
14 | 1.7798 | 100,924298 | 0,0163 |
15 | 1.7780 | 100,463329 | 0,0082 |
Sudah semakin jelas? Harus itu!!
Mungkin bagi Anda yang sudah sering bermain dengan saham
atau menggunakan source lain agak bingung dengan rumus yang saya
kemukakan diatas karena beberapa buku atau web menyebutkan rumus ROC
(misal dengan periode 10) tidak demikian namun seperti ini :
ROC = 100 * (Today's close - Close 10 periods ago) / (Close 10 periods ago)
Beberapa situs web luar memang menyebutkan rumus diatas dengan ROC,
namun sebenarnya itu adalah P ROC yaitu Price Rate of Change. Pada P ROC
perbandingan bukan saja diambil dengan pembagian harga sekarang dengan
harga periode lalu namun lebih menyerupai rumus efisiensi yaitu
penutupan harga sekarang dikurangi periode lalu baru dibagi dengan harga
periode lalunya dan dikalikan 100. Cara ini sah-sah saja dan mana yang
Anda sukai silakan gunakan. Yang jelas mohon maaf jika tidak saya
tampilkan P ROC disini karena memang chart untuk itu tidak tersedia pada
www.netdania.com dan lagi pula memiliki penafsiran yang sama dengan
momentum atau ROC yang akan saya terangkan berikut.
Untuk memudahkan penjelasan, akan saya terangkan penggunaan indikator
Momentum. Mengenai ROC, akan sama dalam penggunaannya dengan momentum,
begitu juga dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
Using the Momentum
Pernah belajar Fisika waktu SMP atau SMA dulu? Jika pernah, pasti
kita pernah diberikan materi mengenai hukum Newton. Salah satu hukum
tersebut membahas mengenai inersia benda-benda yang bergerak.
Maksudnya begini, jika sebuah benda yang sedang bergerak oleh karena
sebuah gaya dikenakan padanya, maka setelah gaya pendorong tersebut
tidak lagi dikenakan pada benda tersebut, benda tidak langsung berhenti
tetapi kecepatannta akan berkurang secara perlahan-lahan sampai berhenti
sama sekali. Ini terjadi karena adanya sifat inersia pada benda
tersebut.
Inersia sendiri didefinisikan sebagai keberadaan sebuah benda untuk
tetap mempertahankan posisi dirinya terhadap titik acuan tertentu. Bila
benda tersebut bergerak maka dia akan terus bergerak jika tidak ada gaya
yang menghambatnya (dibumi gaya penghambatnya adalah gaya gesek).
Besarnya berbanding lurus dengan konstanta dan massa benda dan dikalikan
dengan kuadrat jari-jarinya.
Ok, kita tidak berlama-lama dengan fisika. Kita sedang berusaha
mencari uang disini, bukan sedang sekolah. Namun, demikianlah yang
terjadi pada pergerakan sebuah harga. Jika gaya pendorong harga untuk
naik/turun sudah berkurang atau bahkan tidak ada lagi, maka trend tidak
begitu saja berhenti dan segera berbalik, namun akan berkurang
perlahan-lahan sampai akhirnya baru berhenti total karena gaya
‘inersia-nya’ (tentu saja bukan inersia betulan karena ini harga bukan
benda yang punya jari-jari!!).
ROC dan momentum digunakan untuk mengukur laju pergerakan ini. Jika
sebuah trend akan segera berakhir maka momentum pergerakan akan
berkurang sampai akhirnya menembus centerline-nya yang menandakan trend
sudah berlalu dan digantikan dengan trend yang baru.
Salah satu
kelebihan pada kedua indikator ini adalah kemampuannya untuk melihat
apa yang kemungkinan terjadi didepan karena dapat memberikan sinyal yang
lebih dahulu akan pengurangan momentum yang akan diikuti oleh
berakhirnya trend dan perubahan arah. Namun demikian, sama seperti RSI
yang memiliki kelebihan dengan kesensitifannya, maka kedua indikator ini
pun memiliki kelemahan sehingga tidak boleh digunakan sebagai indikator
utama untuk penentuan buy/sell. ROC dan momentum lebih baik digunakan
sebagai approval dari indikator lainnya guna menguatkan hasil analisa
kita mengenai apa yang akan segera terjadi.
Kegunaan lain dari kedua indikator ini adalah untuk mengetahui
kondisi overbought /oversold yang berarti akan segera terjadi perubahan
arah harga. Harap diingat selalu perubahan arah harga tidak akan terjadi
sampai indikator meninggalkan area overbought/ oversell yang kita buat.
Dan kembali jangan dilupakan bahwa batasan overbought/ oversold disini
nilainya dapat saja berbeda antara pair
satu dengan pair lainnya bahkan sebuah pair pun dapat bebeda dari waktu
ke waktu dalam area ini. Singkatnya apabila batasan overbought
/oversold yang kita buat sudah seringkali menimbulkan false signal, itu
saatnya kita menentukan batasan yang baru.
Perhatikan gambar dibawah ini:
Untuk batasan kali ini saya memakai -0.0004 untuk batasan oversold
dan 0.0005 untuk batasan overbought. Silakan bereksperiman untuk
menentukan batasan-batasan lainnya.
Lalu apakah gunanya centerline pada indikator ini? Kegunaan
centerline pada momentum sebenarnya sama dengan garis 50 pada RSI. Hanya
saja terus terang dibandingkan RSI yang cukup valid, penembusan garis
momentum terhadap centerline seringkali menimbulkan false signal. Itu
sebabnya jarang sekali centerline ini dipakai. Namun tidak ada salahnya
jika mau Anda coba.
Pertanyaan lainnya yang sama adalah bisakah
kita mengurangi false signal pada momentum dan ROC dengan memberikan MA
pada mereka? Tentu saja bisa. Selain dengan pemilihan periode yang
tepat, sangat disarankan indikator ini juga dimuluskan dengan memakai MA
periode kecil. Perhatikan contoh dibawah ini:
Pada daerah yang saya berikan lingkaran oranya tampak seolah-olah
momentum sedang menembus centerline yang berarti akan terjadi perubahan
arah pergerakan harga karena berakhirnya momentum bearish.
Namun jika kita memberikan MA dengan 5 periode terlihat bahwa
sebenarnya ini hanyalah false signal. Terbukti pada pukul 05.00 (diberi
garis biru), harga malah kembali turun bahkan menurun drastis menuju
1.2082 dari sekitar 1.2180. Ini berarti penurunan sebanyak 100 point.
Cukup besar pengaruhnya bila dalam real account.
Nah, bahasan mengenai momentum dan juga ROC sampai disini. Kita akan bertemu dibahasan selanjutnya yaitu Bollinger Bands